1. Kondisi Wilayah
Kabupaten Tabalong terbentuk sebagai wilayah kabupaten pada tanggal 1 Desember 1965 dengan Ibukota Tanjung. Berdasarkan letak geografis, Tabalong terletak antara 115o 9’ – 115o 47’ Bujur Timur dan 1o 18’ – 2o 25’ Lintang Selatan. Di sebelah Utara dan sebelah Timur berbatasan dengan Propisi Kalimantan Timur, sebelah Selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan sebelah Barat dengan propinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Tabalong memiliki nilai strategis karena berada pada jalur segitiga pertumbuhan antara lintas Kalimantan Tengah, Kalimantan Timar, dan Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai “segitiga emas”. Posisi ini memungkinkan menjadi pusat pertumbuhan pengembangan ekonomi dan sosial budaya dari ketiga propinsi tersebut.
Kabupaten Tabalong mempunyai luas wilayah 3.946 km2 (394.600 Ha) atau sebesar 10,61 % dari luas Propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tabalong terdiri dari 11 Kecamatan, dan 131 desa/kelurahan yang dibagi menjadi 12 Kelurahan dan 119 Desa. Rincian luas wilayah, kecamatan dan jumlah desa disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Tabalong
2. Kondisi Lingkungan
1) Topografi
Berdasarkan keadaan topografisnya wilayah Kabupaten Tabalong dikelompokkan menjadi dua, yaitu: daerah datar dan daerah berbukit/bergunung-gunung. Wilayah Tabalong di sebelah Utara dan Timur yang meliputi wilayah Muara Uya, Jaro, dan Harui merupakan daerah bukit atau pegunungan.
Wilayah bagian Barat merupakan daerah datar, 89% wilayah Tabalong. Wilayah ini sebagian kecil (2,5 %) berawa-rawa yang terdapat wilayah kecamatan Banua Lawas, Pugaan, Kelua, Muara Harus, Tanta, Tanjung, dan Murung Pudak. Hanya sekitar 11 % dari wilayah kabupaten ini adalah daerah berbukit-bukit. Dari aspek ketinggian dari muka laut (dpl), hanya sekitar 0,81% wilayah Tabalong berada pada ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian 26 – 100 meter dpl.
Altitude
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut, maka Kabupaten Tabalong dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) wilayah kegiatan :
Wilayah kegiatan I :
Wilayah ini meliputi areal seluas 7.062 Ha berada pada ketinggian antara 0 - 7 meter dari permukaan laut, merupakan daerah yang sering tergenang air. Umumnya didominasi oleh jenis gleyhumus dan alluvial, sering disebut sebagai lahan dataran rendah (low-land).
Wilayah kegiatan II :
Wilayah ini meliputi areal seluas 350.000 Ha berada pada ketinggian antara 7 – 25 meter dari permukaan laut. Umumnya didominasi jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning, biasa disebut lahan dataran tinggi (up-land)
Wilayah kegiatan III :
Wilayah ini meliputi areal seluas 2.933 Ha, pada umumnya merupakan hutan lindung dan daerah tangkapan hujan (catchment area), dengan ketinggian sampai 1.000 m dpl.
2) Iklim
a. Temperatur
Kabupatan Tabalong merupakan daerah tropis, dengan temperatur maksimum berkisar antara 23 oC sampai 29 oC dan temperatur minimum berkisar antara 23 oC sampai 27oC. Rata-rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 24,5 oC sampai 28,5 oC.
b. Kelembaban
Kelembaban udara maksimum di daerah ini berkisar antara 87 – 100 % dan kelembaban minimum antara 44 – 77 %, sedangkan kelembaban rata-rata tiap bulan adalah 79 – 88 %.
c. Curah Hujan
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan perputaran / pertemuan arus udara. Curah hujan tertinggi di daerah ini terjadi pada bulan Desember yaitu 358 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 54 mm. Jumlah seluruh curah hujan selama tahun 2003 adalah 2.029 mm dengan jumlah bulan basah selama 7 bulan dan jumlah hari hujan adalah 107 hari. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada.
d. Kecepatan Angin dan Intensitas Penyinaran Matahari
Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia dan keadaan angin saat itu bisa juga kencang.
Kecepatan angin di Kabupaten Tabalong tiap bulannya berkisar antara 0,1 – 5,6 knot. Dan rata-rata penyinaran matahari yang dipantau pada pukul 06.00 – 18.00 terlihat intensitas yang hampir merata tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus, yaitu 60 % dan intensitas terendah terjadi pada bulan Desember, yaitu 27 %.
3) Keadaan Tanah
a) Jenis Tanah
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Tabalong dikelompokkan atas 5 kelompok, yaitu: jenis tanah (1) Alluvial; (2) Organosol Glei Humus; (3)) Podsolik Merah Kuning dengan Bahan Induk Batuan Endapan; (4) Podsolik Merah Kuning Dengan Bahan Induk Batuan Beku dan Endapan, (5) Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol.
Jenis tanah Podsolik Merak Kuning dengan bahan induk bantuan endapan menempati kawasan yang terluas, yaitu 158.638 Ha, disusul jenis komplek Podsolik Merah Kuning, latosol dan Litosol seluas 106.766 Ha. Jenis dan luas tanah disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Jenis dan luas Tanah di Wilayah Kabupaten Tabalong
No Jenis Tanah Luas (Ha)
1 Alluvial 18.858
2 Organosol Glei Humus 23.434
3 Podsolik Merah Kuning dengan bahan induk batuan endapan 158.638
4 Podsolik Merah Kuning dengan bahan induk batuan beku dan endapan 59.766
5 Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol 106.766
Sumber : Profil Potensi Daerah Kabupaten Tabalong, Seri 1. Badan Pusat
Kabupaten Tabalong, Bappeda Kabupaten Tabalong, 2004.
b) Kemiringan Tanah
Berdasarkan kemiringan tanah, wilayah Kabupaten Tabalong dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1) Daerah Datar, mempunyai kemiringan tanah antara 0 - 2 %, meliputi areal seluas 93.727 hektar atau 26,04 % dari total area yang ada, merupakan areal yang potensial untuk pembangunan pertanian.
(2) Daerah Bergelombang dengan kemiringan tanah antara 2 – 15 %, meliputi areal seluas 92.910 hektar atau 25,81 % dari total area.
(3) Daerah Berbukit dengan kemiringan tanah 15 - 40 %, meliputi areal seluas 126.608 hektar atau 35,17 % dari total area yang ada.
(4) Daerah Bergunung dengan kemiringan tanah > 40 %, meliputi areal seluas 46.750 hektar atau 12,99 % dari total area yang ada.
c) Penggunaan Tanah (Land Use)
Selain dari penggunaan tanah/lahan untuk wilayah permukiman dan pelayanan jasa sosial dan ekonomi, penggunaan tanah dikelompokkan menjadi 11 seluas 363.995 hektar. Hutan lebat menempati penggunaan lahan yang terbesar, yaitu 193.820 Ha dari total luas lahan. Perkebunan menempati urutan kedua, yaitu 75.607 Ha dari total luas lahan. Ini memberikan gambaran bahwa sektor perkebunan di Kabupaten Tabalong merupakan kegiatan ekonomi yang cukup besar peranannya dalam pembangunan ekonomi daerah. Rincian penggunaan tanah disajikan pada Tabel 1.3 .
Tabel 1.3. Jenis Penggunaan Tanah Tahun 2003
No Penggunaan Lahan/Tanah Luas (Ha)
1 Hutan Negara 85.446
2 Hutan Rakyat (kayu-kayuan) 33.107
3 Hutan rawa 6.695
4 Ladang/Huma 5.125
5 Padang rumput 12.480
6 Perkebunan 79.431
7 Kebun Campuran 16.420
8 Tanah Kering Terlantar 25.032
9 Sawah 40.436
10 Lain-lain 81.835
Total 386,007
Sumber : Profil Potensi Daerah Kabupaten Tabalong, Seri 1. Badan Pusat Kabupaten Tabalong, Bappeda Kabupaten Tabalong, 2004.
4) Hidrologi
Dilihat dari banyaknya sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Tabalong, maka dapat dibayangkan bahwa wilayah ini memiliki sumber air yang cukup banyak. Tapi pada kenyataannya banyak daerah pertanian yang pengairannya tergantung pada curah hujan. Terutama daerah-daerah yang letaknya didaerah dataran tinggi.
Wilayah Kabupaten Tabalong banyak dilintasi sungai. Sekitar 89% desa di Kabupaten Tabalong dilintasi aliran sungai. Sungai terpanjang ialah Sungai Tabalong yang panjangnya kira-kira 75 km dengan lebar 60 meter. Sungai ini merupakan gabungan dari Sungai Tabalong Kiwa dan Sungai Tabalong Kanan. Sungai-sungai lainnya ialah Sungai Anyar, Sungai Jaing, dan Sungai Kinarum.
2. Penduduk
Pada tahun 2003 jumlah penduduk Kabupaten Tabalong sebanyak 184.432 Jiwa, terdiri dari laki-laki 92.083 jiwa dan perempuan 92.349, dengan tingkat kepadatan mencapai 88,40 jiwa/km2. Selama rentang waktu tiga tahun laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,53%. Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi adalah Kecamatan Murung Pudak. Tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk per tahun di Murung Pudak sebesar 2,65% dan pada tahun 2003 mencapai 6,49%. Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya lamban adalah Banua Lawas dengan laju pertumbuhan penduduk kurang dari 1%. Pada tahun 2000 laju pertumbuhan penduduknya 0,57% dan pada tahun 2003 mencapai 0,98%.
Ditinjau dari aspek penyebaran dan kepadatan penduduk, terlihat adanya konsentrasi penduduk di tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Tanjung, Murung Pudak dan Harui. Hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) tahun 2003 menunjukkan sekitar 45% penduduk tinggal di tiga kecamatan tersebut, yaitu: 15% di Kecamatan Tanjung, 16% di Murung Pudak dan 14% di Harui. Ditinjau dari luas wilayah Kabupaten Tabalong, ketiga kecamatan tersebut hanya menempati 33%. Sementara itu, gabungan tiga kecamatan, Upau, Muara Uya dan Jaro dengan luas sekitar 52% dari total luas wilayah Kabupaten Tabalong hanya dihuni sekitar 20% penduduk. Kondisi ini tidak banyak berubah sejak tahun 1990. Keadaan ini memberikan gambaran tentang tidak meratanya penyebaran penduduk, juga menunjukkan daya dukung lingkungan yang kurang seimbang antar kecamatan.
Besarnya penduduk di Kecamatan Murung Pudak menyebabkan kepadatan penduduk kecamatan tersebut menjadi sangat tinggi, yaitu 210 orang/km2 di tahun 2000 dan 250 orang/km2 di tahun 2003. Kecamatan yang cukup padat penduduknya adalah Kecamatan Kelua dengan kepadatan 173 orang/km2. Kecamatan Upau, Muara Uya dan Jaro yang total luasnya 52% dari luas seluruh Kabupaten Tabalong hanya mempunyai kepadatan penduduk 18 orang/km2 di Upau, 20 orang/km2 di Muara Uya dan 15 orang/km2 di Jaro.
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Tabalong Tahun 2003
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong dan BAPPEDA Kabupaten Tabalong, Tahun 2004
Ditinjau dari jumlah penduduk menurut pekerjaannya menunjukkan ada tiga sektor menyerap banyak tenaga kerja, yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan. Diantara tiga sektor tersebut, sektor pertanian yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebanyak 64,9%. Banyaknya jumlah pekerja di sektor pertanian disebabkan karena sektor ini dapat menampung tenaga kerja tanpa memandang umur, jenis kelamin dan jenjang pendidikan. Semua kelompok umur dari berbagai jenjang pendidikan baik laki-laki maupun perempuan dapat dengan mudah memasuki sektor ini. Pada umumnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian berpendidikan rendah, terbanyak berpendidikan SD.Sebanyak 82% petani Tabalong berpendidikan SD kebawah.
Data keadaan penduduk Kabupaten Tabalong yang meliputi Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Tingkat Pertumbuhan disajikan pada Tabel 1.4. Penduduk menurut pekerjaannya disajikan pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5. Penduduk Tabalong Usia 15 Tahun Keatas yang bekerja Menurut Kecematan dan Lapangan Pekerjaan Tahun 2000
Kecamatan Pertanian Industri Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya
Benua Lawas 7.704 113 579 463 59 229
Pugaan 2.828 9 233 174 33 19
Kelua 5.237 134 1.649 1.558 204 708
Muara Harus 2.348 25 334 133 46 126
Tanta 5.248 59 487 796 114 892
Tanjung 6.695 253 1.737 2.396 285 1.565
Murung Pudak 1.742 307 1.432 3.474 351 2.582
Harui 10.695 71 892 1.022 124 1.320
Upau 2.901 31 162 349 30 105
Muara Uya 7.766 89 800 736 83 557
Jaro 4.549 45 462 600 52 167
Jumlah 57.713 1.136 8.767 11.601 1.381 8.270
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong dan BAPPEDA Kabupaten Tabalong, Tahun 2004
3. Perekonomian
Struktur perekonomian tanpa minyak bumi dan pertambangan Kabupaten Tabalong pada tahun 2003, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar (48,39%) dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 6,18 %. Secara rinci struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Secara makro pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabalong dalam Tahun 2003 mencapai 4,19% tanpa miyak bumi dan pertambangan. Kegiatan perekonomian didominasi oleh tiga sektor, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi ketiga sektor tersebut terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tanpa minyak bumi dan pertambangan. Kontribusi terbesar adalah sektor pertanian (48,93%), disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,06%) dan sektor jas (14,63%).
Besarnya peran sektor pertanian terhadap total PDRB karena sangat didukung oleh potensi daerah yang agraris dengan sumber daya lahan tanah sawah seluas 40.476 Ha dan tanah tegalan seluas 354.000 ha dan jumlah penduduk yang bekerja dalam sektor ini mencapai 63,3% dari jumlah penduduk. Wilayah pembangunan Selatan dan Utara merupakan sentra produksi sawah dengan rata-rata produksi 3 – 4 ton GKG/Ha.
Untuk sub-sektor perkebunan, potensi komoditi yang dapat dikembangkan adalah karet, kopi, lada, kemiri, kelapa dan kelapa sawit. Khusus untuk usaha perkebunan karet rakyat telah merata diseluruh kecamatan dengan pusat konsentrasi di wilayah utara. Karet merupakan komoditi perkebunan yang dominan (84 % dari total areal perkebunan). Produksi karet rakyat pada tahun 2003 mencapai 26.600 ton/tahun dengan luas total lahan 40.199 Ha (33 % dari areal karet Kalimantan Selatan) dengan tingkat produktivitas 0,98 ton/Ha. Dengan demikian karet memberikan kontribusi yang penting bagi perekonomian Kabupaten Tabalong khususnya dan perekonomian Kalimantan Selatan Umumnya.
Tabel 1.6. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabalong
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/region. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor produksi yang dimiliki.
Pada tahun 2002 total PDRB Kabupaten Tabalong mencapai Rp. 740.325.139.000,- (atas dasar harga yang berlaku tanpa minyak bumi dan pertambangan). Nilai tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 16,21% dibandingkan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, total PDRB dengan miyak bumi dan pertambangan mengalami kenaikan sebesar 16,21% atau Rp. 1.844.167.681.000,- Perkembangan PDRB Kabupaten Tabalong tahun 2000 – 2002 disajikan pada Tabel 1. 7.
Tabel 1.7. Struktur Perekonomian Tanpa Minyak Bumi dan Pertambangan di Kabupaten Tabalong, Tahun 2001, 2002, 2003
Tabel 1.8. PDRB Kabupaten Tabalong Tahun 2000 – 2002 Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun Total PDRB (000 Rp)
Tanpa minyak bumi dan pertambangan Dengan minyak bumi dan pertambangan
2000
577.752.392
1.439.010.606
2001
648.006.736
1.586.948.324
2002
740.325.139
1.844.167.681
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong, 2004
Tabel 1.10. PDRB Kabupaten Tabalong Tahun 2000 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan 1993
Tahun Total PDRB (000 Rp)
Tanpa minyak bumi dan pertambangan Dengan minyak bumi dan pertambangan
2000
206.763.031
440.774.676
2001
214.477.079
475.743.299
2002
222.881.625
515.584.320
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong, 2004
Kalau PDRB dihitung berdasarkan harga konstan 1993 tanpa minyak bumi dan pertambangan, maka pada tahun 2002 PDRB Kabupaten Tabalong mengalami kenaikan 3,92% dibandingkan dengan tahun 2001, yaitu terjadi kenaikan dari Rp. 214.477.079.000,- menjadi Rp. 222.881.625.000,-. Jika perhitungan dengan minyak bumi dan pertambangan, PDRB mengalami kenaikan sebesar 8,37% atau dari Rp. 475.743.299.000,- menjadi Rp. 515.584.320.000,- (lihat Tabel 1.10).
Dari Tabel 1.10 di atas terlihat bahwa perekonomian di Kabupaten Tabalong masih didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, walaupun demiikian sektor pertanian juga memberi kontribusi yang cukup besar dibandingkan sektor-sektor lainnya.
Tulisan ini disusun pada saat mendesain Sub Project Appraisal Report Percepatan Peningkatan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Tabalong Tahun 2003 yang merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Perkebunan dan ADB dengan Pemkab Tabalong. Pembahasan dilakukan di Senggigi Lombok Barat Provinsi NTB, Maret 2003.